Jejak Tapak Tak Pernah Terhapus

Jejak kaki yang sudah tertapakai gak akan pernah terhapus
Langkah perlangkah yang bukan karena langkahkupun tak bisa terhapus
Semuanya terukir satu persatu yang menunjukkan diriku atau dirimu itu siapa
Banyak hal yang kadang ingin ku hapus karena kusangka lukisan itu tidak bagus, tapi ternyata tangankupun tak mampu untuk mengambil kanvas untuk kulukis menjadi putih bersih untuk ku lukis kembali

Putih bersih tak berarti baik, corat-coret sana-sini tak berarti kotor
Darimanapun atau dari siapapun aku dilahairkan di dunia itu hanyalah coretan kecil untuk diriku yang aku tak akan bisa mengubahnya
Dengan siapapun dan darimanapun aku berkawan dan berteman itu hanyalan coretan kecil untuk menebalkan lukisan diriku

Diriku darimana? tak pernah aku pertanyakan dan tak akan aku permasalahkan
Mengapa diriku? kadang pertanyaan yang terlalu naif aku pertanyakan
Diriku saat ini adalah diriku saat ini
Kau terima atau tidak, aku tidak punya hak untuk mengaturnya karena kau yang lebih tahu apakah aku akan atau tetap kau terima atau tidak

Kakiku untuk melangkah tak akan terhenti sebelum lukisan diriku lengkap garis gores dan titik yang tertuang diatas hamparan alam semesta dimana ku dilahirkan
Tarikan untuk menghentikan kakiku kadang terlalu kuat, ku sering tak berdaya ku hanya bisa terdiam dalam kesendirian dalam kesepian yang tak bisa terucapkan

Aku hanya bisa menatap lukisan yang telah tergores dan digoreskan untukku
Pilihanku hanya mau menerima atau tidak, tidak lebih tidak kurang.
Ku terjepit dalam ketakberdayaan
Semua ini aku tidak pernah ingin dan juga tak pernah meminta
Inilah lukisanku
Inilah diriku

Jika kau pertanyakan aku mengapa, darimana dan kenapa tidak, maka pertanyakanlah pada yang menciptakanku....


Budi dalam kubah harubiru

No comments: