Usaha Optimal, Keberuntungan

Segala "perangkat" baik itu otak,akal, rasa, fisik dan lain sebagainya yang melekat pada diri kita tentu diberikan bukan tanpa maksud dan tanpa tujuan tentu dengan segala konsekuensinya. Apabila kita bisa mengetahui, memahami dan mengerti maksud,tujuan dan konsekuensi dari itu semua tentunya kita akan berupaya mengoptimalkan semua perangkat yang ada untuk memenuhi maksud dan tujuan tersebut.

Sering kali ketika kita belajar sesuatu semakin dalam maka semakin kita merasa kita ini semakin tidak tahu apa-apa *bodoh*.

Sering kali ketika kita berusaha habis-habisan untuk mengejar/mendapatkan/menuju sesuatu semakin kita merasa betapa waktu begitu cepat berjalan dan berartinya sebuah waktu.

Menurut saya hal yang cukup "licin" yang bisa menjebak kita apabila sebuah tujuan itu sudah berubah menjadi obsesi. Obsesi yang saya maksudkan disini adalah sebuah tujuan yang "harus" terwujud yang menjebak kita masuk pada area psikologis pada pikiran kita bahwa kita yang menjadi "penentu".

Bukankah kita dikasih otak untuk berpikir yang digunakan untuk memutuskan atau menentukan ? ya benar menjadi penentu dalam memutuskan "sikap" kita. Dapatkah kita menentukan kondisi diluar diri kita ? ya kita bisa "berkontribusi" menentukan kondisi tapi tidak sepenuhnya itu adalah kontribusi full dari kita, karena banyak parameter dan variable lain diluar kita yang juga mempengaruhi kondisi tersebut.


Contoh simplenya:saya ingin rumah saya menjadi warna putih (menentukan sikap), untuk menjadikan rumah saya menjadi warna putih maka saya harus mengkondisikan rumah saya yaitu dengan cara mengecat rumah saya dengan cat warna putih, untuk mengecat rumah dengan warna putih maka saya harus mendapatkan cat warna putih (variable diluar diri kita) untuk itu saya akan membeli cat warna putih dan saya pergi ke toko cat -sikap berusaha-,

ketika pergi ke toko cat bisa terjadi berbagai kemungkinan, cat warna putih tidak ada, toko tutup, penjualnya tidak ada -kondisi diluar kontrol kita-

kondisi yang lain, cat warna putih ada, penjualnya ada, duit kita cukup, kita dapat discount, cuaca cerah sehingga kita bisa mengecat rumah - kondisi sesuai dengan yang kita harapkan *bukan kita yang menentukan*-

Apabila variable-variable diluar tersebut ternyata sinkron -baca:approve- dengan harapan kita tentunya tidak berlebihan kalau kita bilang "KITA SEDANG BERUNTUNG"

Apakah "kondisi beruntung" itu kita bisa dapat tanpa kita harus berusaha optimum ?

Tentu tidak ada ruginya kalau kita selalu berusaha optimum, kalau mengikuti hukum aksi reaksi apabila kita beraksi/berusaha secara optimum mestinya hasilnya akan optimum pula.

Mungkin suatu hasil usaha yang kita "anggap" adalah sebuah "keberuntungan" merupakan hasil/impact dari usaha kita yang optimum pada usaha kita sebelum-sebelumnya yang tidak kita sadari.

Menjadi Manusia Yang Beruntung

Jadi ingat omongan seorang teman :
" Orang berani itu kalah sama orang nekat"
" Orang nekat itu kalah sama orang yang beruntung"

"PALING ENAK ITU MENJADI MANUSIA YANG BERUNTUNG", kalimat tersebut menggambarkan nuansa suatu kondisi kita terlepas/lolos dari hal yang tidak mengenakkan, kondisi tercukupi, tidak ada kesulitan, happy ending karena tujuannya tercapai.


Ketika kita mendapatkan apa yang kita tuju (misalnya menang tender proyek) kemudian kita berkata: "saat ini kita sedang beruntung sehingga kita bisa menang tender", kata-kata tersebut secara psikologis akan membantu kita meminimalisir rasa sombong, mengkondisikan otak kita untuk bersyukur karena kita masih diberi kepercayaan anugerah, kita akan tetap selalu waspada dan akan berusaha lebih baik lagi.

MENJADI MANUSIA YANG BERUNTUNG, kalimat yang menunjukan kalimat akibat/impact/reaksi, pertanyanya adalah "apa AKSI yang harus dilakukan untuk menghasilkan reaksi MENJADI MANUSIA YANG BERUNTUNG?" (hukum aksi reaksi, sebab akibat)..