Berhargakah sehirup nafas kita?

Sekali-kali mari kita coba untuk "mencelupkan" kepala dan tubuh kita kita kedalam air biarkanlah sejenak bagaimana reaksi tubuh kita ketika tidak bisa bisa menghirup udara yang gratis, biarkanlah sejenak pikiran kita bereaksi ketika kita tidak bisa menghirup udara, apa yang akan kita rasakan ?

Tubuh akan bereaksi, pikiran akan bereaksi ada rasa panik, ada rasa penat, ada rasa takut, ada rasa "butuh nafas", ya... tubuh dan pikiran kita berontak untuk minta menghirup nafas barang sehela.

Nafas yang selama ini setiap waktu kita lakukan yang sering tanpa kita sadari, suatu "fasilitas" yang kita nikmati setiap waktu namun sering tanpa kita sadari begitu perlunya dan butuhnya kita akan nafas..

Sering kita mengeluh dengan beban-beban kita yang terus menerpa dalam kehidupan kita sehari-hari... pertanyaannya lebih berat manakah beban yang kita hadapi saat ini dibanding "rasa berat (baca:beban)" ketika kita tenggelam dalam air dan butuh menghirup udara dan bernafas...??

Namun, kita masih dikasih udara "gratis" untuk kita hirup setiap saat, suatu kebutuhan "solusi beban" yang diberikan cuma-cuma dan kita nikmati setiap saat namun tanpa kita menyadarinya..

Tidak bersyukurkah kita dengan sehela nafas yang mengalir dalam tubuh kita dengan "gratis" setiap saat ?

Tidak adakah alternatif respon lain selain mencela dan mengeluh ?

Bagaimana respon kita terhadap situasi atau kondisi itu terserah kita mau memilih merespon seperti apa,
bisa merespon mencela, bisa merespon menggerutu, bisa merespon mengeluh atau mensikapi dengan positif thinking dan bersikap positif.

Kalau memang kondisi bangsa ini sekarang sudah dalam keadaan terpuruk, kalau kita menganggap para pemimpin kita sudah disorientasi, kalau opini publik bilang bahwa para pemimpin kita adalah oportunis, dan para pemimpin negara ini dianggap sontoloyo, SO WHAT...???

Apakah kondisi tersebut bisa menjadi lebih baik dengan kita menyikapinya dengan ", mencela, mencaci, menggerutu", menurutku bila kita mensikapinya negatif, mencela,mencaci,menggerutu maka akan semakin memperburuk keadaan, bahkan tanpa kita sadar kita menumbuh suburkan situasi yang katanya "sontoloyo" itu, respon cacian kita semakin memperburuk keadaan.

Bangsa ini memang sedang terpuruk dan akan lebih terpuruk lagi kalau semua orang di negeri ini menjadi pesimis dengan bangsanya dan hanya bisa mencela dan menggerutu sampai tidak tahu apa yang bisa dilakukan, maka bangsa ini akan pelan-pelan tenggelam dengan sendirinya.

Bangsa ini akan semakin kurus kering dan menderita bila kita mencelanya, yang dibutuhkan bangsa ini adalah sikap optimisme, sikap semangat membentuk peradaban baru, sikap positif mindset dan implementatifnya, sikap mau menjalankan comitmentnya, sikap mau memperbaiki system, sikap mau sharing, sikap integritas. Pertanyaannya dari mana kita mulai? pola alam mengajarkan mulailah dari yang kecil, dari diri sendiri dan lingkungan terdekat



salam
budi


Bismillahirohmanirrohim, simple ?

Bismillahirrohmanirrohim, Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

Setiap dalam kita mau mengawali aktivitas kita disarankan untuk membaca,menyebut "Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang", suatu kalimat yang terlihat simple tapi kalau kita amati lebih dalam kalimat itu bukan kalimat yang terlihat simple tapi kalimat yang sangat luar biasa, karena kita diperbolehkan bahkan disarankan dalam melakukan sesuatu kita menggunakan/atas nama Allah penguasa Alam.

Bagaimana kalau kita diberi suatu memo oleh seorang presiden yang didalamnya berisi bahwa kita boleh melakukan apa saja atas nama Presiden. Betapa besar "power" yang akan kita dapat dari surat memo presiden tersebut.

Bagaimana kalau kita diberi "memo" dengan menggunakan atas Nama Allah sang penguasa alam semesta, berapa besar "power" yang akan kita dapat?

Dimanakah batas alam semesta ?

Dimanakah batas alam semesta ? Mampukah kita menjelajahinya ?

Alam pikiran kita sering kali menjelajah alam semesta untuk "mengkristalkan" alam ide menjadi realitas yang bisa dinikmati fisik. Adanya HP, Komputer, Jembatan, Bangunan, Pesawat dan yang lain-lainnya adalah hasil kreasi dari otak manusia yang "berani berpikir" dan menjelajah tantangan masa depan dan impian berkreasi menjawab tantangan dan menguak "misteri" yang kadang dianggap tabu oleh sebagian orang yang bahkan orang biasa pun tak "berani berpikir" untuk memikirkannya.

Nabi Muhammad, ngapain repot-repot merubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat beradap?
New Isaac Newton, ngapain repot-repot mikirin "kenapa buah apel selalu jatuh ke bawah?"
Albert Einstein, ngapain repot-repot mikirin alam relativitas ?
Steven Hawkins, ngapain repot-repot mikirin tentang hubungan masa waktu dan blackhole ?

Idealiskah ? mencari popularitaskah ? hanya untuk mencari makankah ?
Apapun alasannya menurut saya tidak ada yang salah, namun satu hal yang bisa dipetik dari tokoh-tokoh tersebut, mereka membuktikan bahwa "manusia diberi kemampuan" untuk menguak misteri alam semesta, manusia diberi kebebasan untuk menjelajah alam pikirannya bahkan "meminiaturkan" sebagian rahasia alam semesta menjadi sebaris rumus.

Tapi sadar diberi kemampuan itupun tidak cukup, perlu adanya keberanian untuk membuktikan "kemampuan" tersebut.

Dimanakah batas alam semesta ?
Jawabannya menurut saya adalah Sejauh mana kita mau dan berani menjelajah alam pikiran kita.


salam
budi



We Know God when we know something we don't know

Kemarin saya ngobrol sama teman ada pernyataan yang cukup menarik..

We know God when we know something we don't know..

Sering kali kita mengingat Tuhan ketika kita memasuki area dimana area kita tidak tahu.

Dalam pemahaman saya ada beberapa klasifikasi dalam pemahaman tahu dan tidak tahu:
1. Kita Tidak Tahu apa yang kita tahu
2. Kita tidak tahu apa yang kita tidak tahu
3. Kita tahu apa yang kita tahu
4. Kita tahu apa yang kita tidak tahu
5. Kita tidak tahu apa-apa (we don't know anything)

sejauh sampai saat ini klasifikasi ke 5 ini menurut saya the top of the level, ketika merasakan bersentuhan dengan area kebesaran dan kekuasahaan tuhan maka akan timbul rasa kita tidak tahu apa-apa

We don't know anything adalah pemahaman puncak tentang tahu dan tidak tahu..
Dua kalimat ini kalau disambungkan membuat ada benang merah yang menarik..

We know God when we know something we don't know..
We don't know anything

Benang merahnya adalah

Feel We don't know anything so we will know God anytime..

Chalangenya adalah bagaimana kita menjaga rasa tidak tahu apa-apa itu ?


salam
budi





Hewan perlu berkembang biak... manusia juga
Hewan perlu makan..... manusia juga
Induk (orang tua) hewan mencarikan makan untuk anaknya.... manusia juga
Induk (orang tua) mengajari anaknya berburu (mencari makan)... manusia juga

lalu dimanakah beda manusia (kita) dengan hewan ?

Krisis mental keberanian

Banyak sekali buku-buku tentang keberanian yang beredar di toko-toko buku, di lapak-lapak jalan, di bis-bis kota dan banyak lagi tempat lain yang. Berani berpikir besar.. Berani kalah untuk menang.. dan tema-tema berani lainnya tapi saya belum pernah mendapatkan referensi tentang "BELAJAR BERANI".

Apakah berani itu bisa dipelajari, bagaimana berani itu bisa dipelajari?
Apakah berani itu memerlukan syarat,kalau memang memerlukan syarat apa syaratnya?
Kalau tidak perlu syarat kenapa tidak perlu?

Menurut saya berani adalah suatu karakter yang uniq...karena berani memerlukan lintas dimensi psikologis..

Saya coba bertanya ke beberapa orang yang dalam kacamata umum dilihat sebagai orang sukses, "apa syaratnya kalau mau sukses?" jawabnya "nekad".... hemm.. kata yang simple sering kita dengar tapi tidak mudah mengabstarksikannya, akan dimengerti kalau kita mengalaminya.

Nekad menurut saya ada 2 macam, pertama karena tidak tahu harus berbuat apa *blank* akhirnya melakukan perbuatan keberanian yang tanpa perhitunga (nekad sembrono), yang kedua nekad tapi punya dasar apa yang harus dilakukan dan mengapa melakukan itu (ada faktor perhitungan) keyakinan masuk dalam parameter yang diperhitungkan.

Ke-nekadan yang mempunyai dasar keyakinan berarti ke-nekadan yang masih punya arah dan rambu-rambu, tapi ke-nekadan yang tidak berdasar ibarat masuk area gelap tanpa rambu dan acuan arah.

parameter nekad ini digunakan biasanya karena memasuki area yang unpredictable yang serba tidak jelas, nah di area yang unpredictable ini kita butuh rambu-rambu acuan sebagai guidance salah satunya KEYAKINAN.

Tentu kalau kita ditanya pilih mana nekad yang punya dasar keyakinan atau nekad tanpa dasar kita akan memilih nekad yang punya dasar keyakinan.

Jadi sebelum masuk ke area ke nekadan, kita harus mempersiapkan area keyakinan kita, pertanyaannya sudah yakinkah keyakinan kita..... ?




Kesombongan, iri dengki tumbuh dengan cerdas dalam lubuk kita

Kesombongan, iri dan dengki adalah teman akrab yang bisa tumbuh berkembang dengan cerdas dalam lubuk hati kita. Cerdas untuk membuat sebuah pembenaran bahwa iri dan dengki itu benar, kesombongan yang muncul karena butuh perhatian akan eksistensi diri. Sering kali sombong ini begitu halus dalam benak kita merubah wujuda dalam bentuk pengakuan eksistensi. Iri dan dengki bisa berkembang sangat cepat apabila kita kasih ruang sedikit saja, iri dan dengki bisa menguasai akal sehat kita, dia bisa membunuh kita pelan-pelan tenggelam dalam ketidak eksisan. Iri dan dengki biasanya muncul karena merasa ada ancaman akan eksistensi diri, takut terkalahkan, takut tersaingi, takut disamai.

Kesombongan,iri dan dengki berbahan bakar kesakit hatian dan berbuahkan kebencian yang ujungnya hanya ingin memuaskan nafsu "rasa ingin eksis" yang fana. Kesombongan, iri dan dengki tidak pernah ada ujung puasnya karena dia terlalu kreatif untuk selalu membuat ujung menjadi pangkal yang lain.

Kenapa kita ketakutan akan eksistensi harus terekspresikan dalam bentuk iri dan dengki ? bukankah kita sudah lahir didunia ini sudah menunjukkan eksistensi kita ? Kalau memang kita ingin eksis pada porsi eksistensi di koordinat lain mari kita belajar pada orang yang sudah pada koordinat eksistensi yang kita inginkan.

Mengapa kita takut "dianggap" miskin atau "dianggap" bodoh, mengapa kita harus merasa hina kalau dianggap miskin atau dianggap bodoh. Kalaupun kita memang miskin atau bodoh mari kita terima itu dengan iklas dan kalau memang kita tidak ingin miskin atau bodoh mari kita belajar pada orang yang kaya atau orang yang pintar. Kalau kita merasa kurang bijak mari kita belajar pada orang yang bijak.

Menerima secara terbuka untuk jujur pada diri sendiri memang tidak mudah tapi bukan hal yang mustahil, kejujuran pada diri sendiri akan membuat kita akrab dengan diri kita sendiri kita akan lebih mesra dengan diri kita.

Jujur pada diri sendiri akan membuat rasa sombong, iri dan dengki menjadi terkendali....

Hukum alam pasti berlaku, Usaha = Hasil

Benarkan usaha yang pernah kita lakukan itu ada yang sia-sia, tidak berguna, tanpa hasil ?
Sering kali kita ragu, gak yakin dengan hasil apa yang kita lakukan, keraguan adalah bentuk ketidak percayaan pada diri sendiri, tidak percaya akan usaha yang dilakukan oleh kita sendiri. Kalau kita tidak bisa percaya pada diri sendiri bagaimana kita bisa berusaha maksimal, kalau kita tidak bisa berusaha maksimal bagaimana kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam ilmu fisika ada yang namanya rumus momentum :

m1*v1=m2*v2

m=massa
v=kecepatan

rumus itu menurut saya berlaku juga dengan usaha versus hasil:

usaha1*usaha2 = hasil1 atau
usaha1*usahaA = hasil1*hasilB*hasilZ...~

kalau mereferensi pada rumus momentum setiap usaha tentu selalu ada hasilnya, tapi masalahnya apakah hasil itu selalu dengan "bentuk" yang kita harapkan? nah ini kadang sering jadi teka-teki, seringkali apa yang hasil usaha yang kita lakukan tidak sesuai dengan yang kita "angankan/harapkan".

"bentuk" yang saya maksud bisa berupa wujud, angka, waktu dsb, bisa jadi usaha yang kita lakukan sekarang hasilnya 2 tahun mendatang, bisa jadi kita sekarang berusaha menggeluti usaha dibidang properti tapi ternyata dapat rejeki malah pada saat jualan bakso.

Setiap hasil yang kita nikmati saat ini tidak lepas dari setiap usaha kita dimasa lalu, artinya kalau kita ingin hasil yang "baik" dimasa mendatang, maka kita harus berusaha "baik" mulai saat ini.
Benih-benih usaha kita saat ini suatu saat akan menjelma menjadi "hasil".

Kalau kita yakin bahwa setiap usaha yang kita lakukan pasti ada hasilnya maka kita tidak akan pernah untuk berhenti ber-usaha karena kita sudah yakin bahwa setiap usaha tidak ada yang sia-sia, tak akan ragu bahwa suatu saat kita akan menikmati hasilnya.

Tiada kekuatan se-dasyat yang namanya "keyakinan", sebuah keyakinan bisa merubah sesuatu yang dianggap mustahil menjadi mungkin. Bagaimana cara menumbuhkan keyakinan? jawabannya adalah percaya pada diri sendiri, beri kepercayaan pada diri dan pelajari pola alam, hukum alam jadikan itu pegangan. Setelah kita memahami dan mengalami apa itu percaya pada diri sendiri, bagaimana itu hukum alam bagaimana itu pola alam maka insyaAllah akan tumbuh yang namanya keyakinan..
contohnya, kita bekerja menjadi karyawan setiap tanggal 27 akhir bulan kita dapat gaji, kondisi perusahaan bagus, maka setiap bulan kita sudah tidak berpikir jauh menganalisa kita sudah yakin dengan sendirinya bahwa bulan depan diakhir bulan kita dapat gaji

namun ada kalanya yakin itu tanpa syarat....!!!


salam
budi