Life is Beautiful

(A lesson from a journey to India)

Sebuah cerita tentang hidup dari negeri India....
Saya pikir, hidup ini kayaknya cuma nambahin kesulitan-kesulitan saya aja! 'Kerja menyebalkan', hidup tak berguna', dan nggak ada sesuatu yang beres!! banyak masalah...
Tapi semua itu berubah... sejak kemarin...Pandangan saya tentang hidup ini benar-benar telah berubah! Tepatnya terjadi setelah saya bercakap-cakap dengan teman saya. Ia mengatakan kepada saya bahwa walau ia mempunyai 2 pekerjaan dan berpenghasilan sangat minim setiap bulannya, namun ia tetap merasa bahagia dan senantiasa bersukacita.

Saya pun jadi bingung, bagaimana bisa ia bersukacita selalu dengan gajinya yang minim itu untuk menyokong kedua orangtuanya, mertuanya, istrinya, 2 putrinya, ditambah lagi tagihan-tagihan rumah tangga yang numpuk!!!
Kemudian ia menjelaskan bahwa itu semua karena suatu kejadian yang ia alami di India. Hal ini dialaminya beberapa tahun yang lalu saat ia sedang berada dalam situasi yang berat. Setelah banyak kemunduran yang ia alami itu, ia memutuskan untuk menarik nafas sejenak dan mengikuti tur ke India. Ia mengatakan bahwa di India, ia melihat tepat di depan matanya sendiri bagaimana seorang ibu MEMOTONG tangan kanan anaknya sendiri dengan sebuah golok!! Keputusasaan dalam mata sang ibu, jeritan kesakitan dari seorang anak yang tidak berdosa yang saat itu masih berumur 4 tahun!!, terus menghantuinya sampai sekarang. Kamu mungkin sekarang bertanya-tanya, kenapa ibu itu begitu tega melakukan hal itu? Apa anaknya itu 'so naughty' atau tangannya itu terkena suatu penyakit sampai harus dipotong? Ternyata tidak!!!

Semua itu dilakukan sang ibu hanya agar anaknya dapat..MENGEMIS...!!
Ibu itu sengaja menyebabkan anaknya cacat agar dikasihani orang-orang saat mengemis di jalanan !! Saya benar-benar tidak dapat menerima hal ini, tetapi ini adalah KENYATAAN!! Hanya saja hal mengerikan seperti ini terjadi di belahan dunia yang lain yang tidak dapat saya lihat sendiri !!

Kembali pada pengalaman sahabat saya itu, ia juga mengatakan bahwa setelah itu ketika ia sedang berjalan-jalan sambil memakan sepotong roti, ia tidak sengaja menjatuhkan potongan kecil dari roti yang ia makan itu ke tanah. Kemudian dalam sekejap mata, segerombolan anak kira-kira 6 orang anak sudah mengerubungi potongan kecil dari roti yang sudah kotor itu... mereka berebutan untuk memakannya!! (suatu reaksi yang alami dari kelaparan). Terkejut dengan apa yang baru saja ia alami, kemudian sahabatku itu menyuruh guidenya untuk mengantarkannya ke toko roti terdekat. Ia menemukan 2 toko roti dan kemudian membeli semua roti yang ada di kedua toko itu! Pemilik toko sampai kebingungan, tetapi ia bersedia menjual semua rotinya.

Kurang dari $100 dihabiskan untuk memperoleh 400 potong roti (jadi tidak sampai $0,25 / potong) dan ia juga menghabiskan kurang lebih $100 lagi untuk membeli barang keperluan sehari-hari. Kemudian ia pun berangkat kembali ke jalan yang tadi dengan membawa satu truk yang dipenuhi dengan roti dan barang-barang keperluan sehari-hari kepada anak-anak (yang kebanyakan CACAT) dan beberapa orang-orang dewasa disitu! Ia pun mendapatkan imbalan yang sungguh tak ternilai harganya, yaitu kegembiraan dan rasa hormat dari orang-orang yang kurang beruntung ini!!

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa heran bagaimana seseorang bisa melepaskan kehormatan dirinya hanya untuk sepotong roti yang tidak sampai $0,25!! Ia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, betapa beruntungnya ia masih mempunyai tubuh yang sempurna, pekerjaan yang baik, juga keluarga yang hangat. Juga untuk setiap kesempatan dimana ia masih dapat berkomentar mana makanan yang enak, mempunyai kesempatan untuk berpakaian rapi,punya begitu banyak hal dimana orang-orang yang ada di hadapannya ini AMAT KEKURANGAN!!
Sekarang aku pun mulai berpikir seperti itu juga!

Sebenarnya, apakah hidup saya ini sedemikian buruknya? TIDAK, sebenarnya tidak buruk sama sekali!! Nah, bagaimana dengan kamu? Mungkin di waktu lain saat kamu mulai berpikir seperti aku, cobalah ingat kembali tentang seorang anak kecil yang HARUS KEHILANGAN sebelah tangannya hanya untuk mengemis di pinggir jalan..!!
Saudara, banyak hal yang sudah kita alami dalam menjalani kehidupan kita selama ini, sudahkah kita BERSYUKUR???
Apakah kita mengeluh saja dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki??*

PS. kita tidak akan pernah merasa cukup bila kita terus melihat ke atas
"* Life is Beautiful *"

Tiga Hari Saja

Yang pertama: Hari kemarin.
Anda tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja...

Yang kedua: hari esok.
Hingga mentari esok hari terbit,
Anda tak tahu apa yang akan terjadi.
Anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Anda tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba; biarkan saja...


Yang tersisa kini hanyalah hari ini.
Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri anda untuk hari ini.
Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.
Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.
Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada anda.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti.
Ingatlah bahwa anda menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri anda sendiri
Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga

Sumber: Unknown

Semua Pemimpin Adalah Pembaharu

"Words without action are the assassins of idealism
Only actions give life strenght, only moderation gives it charm"

Jean Paul Richter


(Kata-kata tanpa tindakan adalah pembunuhan idealisme, Hanya tindakan yang memberi kekuatan pada kehidupan, dan hanya self control yang membuat sebuah tindakan menjadi mempesona.)

Sejak matematikawan bernama Mandelbrot menemukan fractal geometry, artinya satu lagi hukum alam yang telah ditemukan. Fractal adalah struktur geometris yang kompleks dan sangat detil di tiap level pembesaran. Fractal bisa juga self-similiar, artinya setiap bagian kecilnya dapat dilihat sebagai replika keseluruhan berskala kecil. Contoh yang paling mudah adalah daun pakis. Setiap fraksi dari daun pakis ini memiliki ciri yang sama dengan ciri keseluruhan. Proporsi geometris yang demikian ternyata terdapat juga pada tanaman lain, pada garis pantai, pada gugusan gunung, awan, galaksi, bahkan bongkahan salju. Inilah hukum alam yang dalam 'diam'nya mengatakan: "Hal yang besar selalu merupakan cerminan dari bagian kecilnya". Demikian juga kepemimpinan yang akan diuraikan sebagai berikut.

JELAJAH GAGASAN
Semua Pemimpin pasti orang-orang yang kreatif. Tapi tidak semua orang kreatif menjadi pemimpin. Perbedaannya terletak pada seberapa jauh dia melontarkan daya kreatifnya, seberapa optimal dia menguji ide-idenya.. Semakin banyak ujian yang diberlakukan terhadap ide-ide tersebut,maka si ide akan menjadi semakin matang dan meyakinkan. Keyakinan atas kemantapan ide-ide inilah yang dimiliki seorang calon pemimpin.

Jadi jelas bahwa keyakinan bukanlah suatu hal yang bisa dipaksakan atau diterima begitu saja tanpa proses pengujian sebelumnya. Keyakinan adalah proses yang harus kita upayakan sendiri. Gambaran orang yang keyakinannya tak tergoyahkan adalah mereka yang tidak membutuhkan perintah untuk melakukan sesuatu, tidak juga tawaran, dan tidak hendak bernegosiasi tentang apa yang ia yakini. Orang yang berkeyakinan kuat ini juga tidak merasa perlu untuk meyakinkan orang lain (meyakinkan: memberikan tawaran kepercayaan, red), apalagi memaksakannya. Inilah yang membedakan si Yakin asli dengan orang lainnya yang tampak seperti memiliki keyakinan, padahal sama sekali tidak demikian. Keinginan untuk mendesakkan keyakinan pada orang lain ini malah mencerminkan adanya keraguan dan kelemahan. Acapkali kekurangyakinan ini di tutupi dengan pasal "harus membatasi pembicaraan tentang 'keyakinan' ini dengan 'orang-luar'." Kenapa ? karena mereka khawatir, jangan-jangan jika satu butir saja dari 'keyakinan-keyakinan'nya tadi dipatahkan orang dalam kancah pengujian, maka butir-butir sisanya akan kehilangan pijakan.
benihnya adalah keyakinan

PENJELAJAHAN = PEMAHAMAN DIRI
Sebuah pepatah bijak mengatakan: "barang siapa mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya". Maka ketika Tuhan telah dikenal, hanya sifat-sifat agunglah yang akan yang akan menarik bagi kita. Dan ketika itu terjadi, kita akan mengatakan dengan penuh keyakinan: "Hidup ini adalah pilihanku. Doing my best adalah jalan keselamatanku" (Doing my best adalah bahasa universal untuk 'lillahi ta'ala', Red).
Pencerahan seperti inilah yang terjadi pada seorang raja di Jawa pada suatu masa dan raja liannya di tanah Arab. Mengingat kedudukannya, Sri Sultan Hamengku Bhuwono IX sebenarnya tak akan pernah disulitkan oleh Belanda. Tapi ia memilih panggilan sifat ilahiahnya untuk berjuang bersama rakyat. Demikian pula dengan Sultan Saladin (1137-1193), seorang Kurdi kelahiran Tikrit yang menjadi sultan Mesir dan Syria. Ia sangat disegani dunia karena prinsip hidupnya yang mengutamakan kejujuran dan sportivitas: mengobati musuhnya -Richard the Lion Hearted-, bukannya mengambil keuntungan dari kondisi lemah sang musuh.
Pohonnya adalah jatidiri

PENJELAJAHAN PENUH = MENEMBUS BATAS
Joan of Arc (1412-1431) atau jeanne d'Arc , salah satu pahlawan agung Perancis yang menjadi pemersatu bangsanya - kala itu berada di bawah jajahan Inggris. Pada usianya yang ke-16 ia merasa 'mempunya misi' untuk memuluskan jalan Dauphin menjadi raja Perancis. Didukung dewan gereja dan kerajaan, ia memimpin sendiri sejumlah tentara dan memenangkan banyak pertempuran melawan Inggris. Tapi sejak menjadi raja (berkat Joan tentunya) , Dauphin (bergelar Charles VII) enggan melanjutkan peperangannya melawan penjajah. Joan tetap melanjutkan perjuangannya, sekalipun tanpa dukungan kerajaan, dan sekalipun ia "tahu" Dauphin kelak akan mengkhianatinya. Joan ditangkap menyusul persekongkolan yang juga melibatkan raja yang didukungnya, lalu dihukum bakar di usianya yang belum mencapai 20 tahun. "Dosa" yang membunuhnya adalah karena ia berpakaian seperti laki-laki dan memiliki keyakinan yang berbeda dengan keyakinan umum pada masa itu. Joan ditetapkan tak bersalah 25 tahun kemudian, bahkan diresmikan sebagai Santa 500 tahun sesudah kematiannya. Hari eksekusinya 30 Mei, sampai sekarang selalu dikenang sebagai hari peringatan untuknya. Kisahnya juga secara luas telah telah diabadikan dalam berbagai karya tulis dan karya seni kelas dunia.

Apa yang membuat gadis biasa dari desa Orleans ini istimewa ? Ia lahir pada jaman kegelapan dimana perempuan tak punya hak bicara, apalagi memilih jalan hidupnya sendiri. Tapi keyakinan Joan yang sangat kuat membuatnya memiliki pengaruh sangat kharismatik pada rakyat,raja, lebih-lebih tentara yang dipimpinnya. Pengaruhnya mampu menembus batas gender yang masih menjadi persoalan pada masa itu. Joan 'disingkirkan' karena kekuatan pengaruhnya dikhawatirkan akan menyaingi kekuasaan raja. Keindahan jalan hidup Joan yang sangat singkat ini terletak pada pilihannya yang tak biasa. Joan memilih keputusan yang membuatnya "cukup mati badan" saja. Tapi jiwanya , kisah hidupnya, pola pikirnya...hidup abadi.

Kisah Joan mengajarkan kepada kita, bahwa ketika pikiran dan daya kreatif kita menjelajah sejauh-jauhnya, demikian jauh sehingga mencapai suatu dimensi yang tak berstruktur dan tak terikat ruang dan waktu, acapkali hasilnya berupa insight yang melampaui tatanan baku pada jamannya. Tapi justru karena itulah sang penjelajah seperti ini bisa melahirkan alternatif dan solusi bagi lingkungan yang membutuhkan 'udara segar' . Dampak yang ditimbulkan dari 'udara segar' seperti ini bisa demikian revolusioner, juga bernilai universal, sehingga si penjelajah seperti ini sering dikenang dengan penuh rasa hormat sebagai sang pembaharu,sampai jauh sesudah masa hidupnya berlalu.
Buahnya adalah Otoritas

KESIMPULAN
Ibarat menabur benih, ketika daya kreatif seseorang menjelajah sejauh-jauhnya , yang tumbuh kemudian tak hanya kemantapan yang mendalam atas produk kreativitasnya . Tapi juga pengetahuan dan kemantapan pada diri sendiri, atau di sebut juga Jati Diri. Jati diri ini merupakan sumber energi yang besar yang kemudian mendesaknya untuk bertindak dan menyajikan karya terbaiknya. Dan ketika kemudian karya kreatifnya dikenali orang lain, maka kehadiran si penjelajah sekarang ini ibarat sehelai kecil daun pakis seperti disebutkan di awal tulisan ini. Kehadirannya akan menjadi prototype yang berdaya magnet untuk mengilhami orang lain melakukan hal yang sama. Inilah hakekat dari otoritas. Otoritas bukanlah semacam kekuasaan untuk memaksakan kepatuhan. Otoritas adalah kekuatan mental yang memiliki pengaruh pada lingkungan.
Last, seorang pemimpin pasti seorang pembaharu, pertama, yang ia perbaharui adalah pemahamannya atas diri sendiri, atas visi dan misi pribadinya. Kedua, disadari atau tidak, ia sekarang memiliki kualitas yang membuatnya bisa memperbarui lingkungan sekelilingnya.


Selamat Menjelajah!
*) Rd.Aas Rukasa
www.cosmic-link.or.id

Perubahan Diri dan Perubahan Hidup

Hal kecil apa yang seringkali menjadi awal mula sebuah perubahan hidup? Jawabannya adalah impian. Tidak berlebihan jika ada yang bilang impian adalah langkah pertama menuju sukses. Logikanya sangat sederhana. Bagaimana mungkin kita bisa mewujudkan impian kita jika kita sendiri tidak punya impian.

Impian itu juga yang kini dimiliki Robi. Ia sudah bosan menjadi kontraktor terus alias hanya ngontrak rumah setiap tahunnya. Ia ingin agar bisa memiliki sebuah rumah sendiri tanpa harus direpotkan untuk pindahan setiap tahunnya. Impian itu kemudian disampaikan Robi kepada istri dan anaknya yang masih berusia 6 tahun. Dan mereka mendukung impian Robi.

Sayangnya, sudah 2 tahun berlalu namun Robi belum juga berhasil memiliki rumah impiannya tersebut. Ia bahkan tidak sanggup untuk mengajukan kredit rumah ke bank. Ada apa gerangan? Rupanya Robi masih hidup dengan pola yang sama. Ia bekerja dengan irama kerja yang sama tanpa ada sedikit pun perubahan pada dirinya. Ia masih saja malas-malasan dalam mengejar target yang ditepatkan perusahaan. Di kantornya ia bahkan selalu dicap orang yang tepat waktu alias masuk tepat waktu dan pulang pun tepat waktu. Seorang rekan kerja bahkan menjulukinya sebagai si teng go (alias begitu teng langsung go). Itulah sebabnya hidupnya pun tidak berubah.

Kisah yang dialami Robi juga sering kali kita lihat dalam kehidupan kita. Bahkan tidak tertutup kemungkinan kita sendiri punya perilaku seperti Robi. Dalam hidup ini berlaku hukum sebab akibat persis seperti apa yang ada dalam firman Tuhan bahwa apa yang kita tabur itu juga yang akan kita tuai. Jika kita bertindak A maka kita akan mendapatkan hasil A. Jika kita bertindak B maka kita akan mendapatkan hasil B. Sebagian orang kemudian ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, katakanlah C namun sayangnya mereka masih saja melakukan tindakan A atau B. Itu sangat mustahil! Jika seseorang menginginkan hasil C maka ia harus merubah tindakan dari A dan B ke C.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa banyak orang enggan berubah? Saya mencatat setidaknya ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, karena perubahan tidak selalu mengenakkan. Anda akan mengetahui langsung hal ini dengan sebuah latihan kecil. Cobalah untuk menuliskan nama Anda dengan menggunakan tangan yang tidak biasanya Anda gunanya. Misalnya jika Anda biasa menggunakan tangan kanan, sekarang gunakan tangan kiri. Tentu sangat tidak nyaman. Kedua, perubahan adalah sebuah proses yang penuh pengorbanan. Untuk itu diperlukan waktu, ketekunan dan kesabaran. Bukan sesuatu yang instant! Terkadang baru bertahun-tahun kemudian kita bisa mendapatkan hasil yang kita inginkan. Ketiga, perubahan bisa menjadi sumber konflik baru. Ini lazim terjadi dalam sebuah organisasi yang mengadakan perubahan besar-besaran (misalnya restrukrurisasi) yang pada akhirnya berdampak pada berbagai segi kehidupan organisasi. Misalnya PHK (pemutusan hubungan kerja) atau ketidakpuasan akibat mutasi kerja.

Meski banyak manusia yang membenci perubahan namun mau tidak mau haruslah diakui bahwa perubahan adalah sumber kemajuan. Lantas, timbul pertanyaan, perubahan seperti apa yang bisa memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan? Jawabannya jelas, perubahan yang dimulai dari diri sendiri. Sayangnya, banyak orang yang selalu bersuara agar orang lain berubah namun mereka sendiri enggan untuk berubah.

Motivator sekaligus pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell dalam bukunya Thinking for A Change menyatakan ada 6 langkah yang bisa mengubah hidup manusia. Pertama, kita harus mengubah cara berpikir kita. Mengubah cara berpikir akan mengubah keyakinan kita. Kedua, jika keyakinan kita berubah, harapan kita akan berubah. Ketiga, jika harapan kita berubah sikap kita berubah. Keempat, jika sikap kita berubah, perilaku kita berubah. Kelima, jika perilaku kita berubah, kinerja kita berubah. Dan keenam, jika kinerja kita berubah, hidup kita akan berubah.

Dari pernyataan Dr. Maxwell ini saya mencatat bahwa perubahan diri selalu dimulai dengan perubahan pola pikir. Hanya saja, saya perlu mengingatkan sekali lagi bahwa perubahan tidak selalu menyenangkan. Bahkan kalau suatu proses perubahan itu terasa mulus dan sangat enak, bisa jadi itu bukan perubahan. Perubahan selalu menuntut pengorbanan namun perubahanlah satu-satunya sarana efektif menuju ke tahapan kehidupan yang lebih baik.

Untuk itulah saya mengajukan beberapa saran praktis agar kita mampu mengubah hidup kita. Pertama, tentukan impian yang ingin kita raih sejelas dan sespesifik mungkin. Kedua, tentukan langkah-langkah yang akan kita ambil untuk mewujudkannya setahap demi setahap. Ketiga, buatlah komitmen yang kuat bahwa kita sungguh ingin berubah. Komunikasikan komitmen ini kepada sahabat dan orang terdekat kita dan jangan lupa untuk mendoakannya sebab sekeras apa pun kita bekerja akan sia-sia tanpa dukungan Tuhan. Ingat juga bahwa kesempatan untuk berubah itu pun sebuah anugerah dari Tuhan yang patut kita syukuri. Keempat, take action! Sebaik apapun konsep yang kita buat jika tanpa tindakan akan sangat percuma. Kelima, milikikah mitra akuntabilitas yakni sahabat-sahabat dekat kita yang berani menegur kita secara jujur, tulus dan terbuka jika kita mulai melenceng dari komitmen semula. Keenam, lakukan evaluasi berkala atas kemajuan yang telah kita peroleh. Jika memang diperlukan perubahan metode, kita tetap harus bersikap fleksibel.

Ijinkanlah saya menutup jumpa kita kali ini dengan sebuah nasihat kecil dari Victor Chasles: the sure way to miss success is to miss the opportunity. Ya, cara pasti untuk melewatkan kesuksesan adalah dengan melewatkan kesempatan yang ada. Termasuk kesempatan untuk berubah. Selamat melakukan perubahan dan raih impian Anda! ***

Sumber: Perubahan Diri dan Perubahan Hidup oleh Paulus Winarto

Dendam Bukanlah Solusi


Seringkali kali kita mangkal ketika seseorang mencurangi diri kita, mungkin langkah selanjutnya membalas perlakuan orang yang telah melakukan kecurangan tersebut. Dendam dan kemarahan bukan solusi terbaik untuk menghadapi persoalan tersebut, seperti halnya sebuah peniti jika kepalanya hilang maka kegunaan peniti tersebut sama sekali hilang. Memang cukup sulit untuk mengendalikan emosi dalam diri kita, apalagi jelas-jelas didepan mata kecurangan sengaja diperbuat oleh orang lain.

Saya pernah mengalami sebuah peristiwa yang cukup mengagetkan namun coba saya hadapi dengan kepala dingin. Awalnya bermula ketika seorang warga kampung yang lebih dikenal sebagai preman lokal sering membuat permasalahan di wilayah tempat kami bertempat tinggal. Sebuat saja nama preman tersebut Jack.

Jack sering meneror saya yang kebetulan sebagai pendatang didaerah tersebut, kebetulan saya mempunyai usaha kecil-kecilan berupa penyewaan play station ( PS ) dan rental VCD. Jack memang sering berulah didepan penyewaan tersebut. Selain berprofesi sebagai preman kambuhan jack juga sebagai tukang parkir didepan pasar. Sebetulnya jack sudah beberapa kali meminjam play station ketempat saya, dan dia mengembalikan tepat waktu meskipun saya selalu memberikan special discount kepadanya. Suatu malam tepatnya pukul 12 malam Jack berjalan -jalan dilorong gang menuju rumahku, kebetulan saya sedang menuju kamar mandi yang letaknya diluar pintu utama ( disamping rumah, terpisah pintunya dengan rumah induk ). Jack saat itu jalan sempoyongan sambil mengomel, saat didepan pintu pagar rumahku jack langsung memanggil dan dia bicara secara kasar, selanjutnya jack coba mengayunkan kampak kearah mukaku, namun sempat saya hindari. Kemudian saya tanya, persoalan apa yang dihadapi saat itu, jack memberikan jawaban, bahwa barusan saja dia memukul serta membacok seseorang didepan pasar. Dan memang penampilan jack malam itu sangat semrawut malah kepalanya sedang diperban yang terlihat berdarah. Saya coba tenangkan dan meminta dia menyerahkan kampak kepada saya, tenyata dia menyerahkan kampak itu ke saya. Beberapa saat kemudian dia mengemukakan bahwa dia ingin meminjam PS ke saya, sayapun melayani. Beberapa saat dia membawa PS itu, namun saat dia membawa PS tersebut ada sesuatu yang tidak beres dalam hati kecilku. Tadinya saya berpikir untuk mendatanginya besok pagi, tujuannya tak lain untuk mengajak si Jack duel secara jantan satu lawan satu. Namun keesokkan harinya setelah saya mencari kemana-mana sijack tidak saya temukan. Saya semakin penasaran. Dua hari kemudian orang tuanya datang kepada saya bahwa si Jack sudah berada di Kantor polisi. Dia ditangkap setelah dari rumah saya, lengkap dengan PS ditangannya. Tuduhan polisi kepada si Jack diantaranya membuat keributan di pasar, serta mencuri PS dari rumah penduduk.

Setelah mengetahui jack ditangkap oleh polisi saya kemudian menuju kantor polisi untuk menjenguknya. Namun dalam laporan ke Polisi saya tidak melaporkan jack sebagai pencuri dia hanya meminjam dari saya serta saya terangkan bahwa dia adalah langganan saya. Mengenai kejadian malam itu, sewaktu jack ingin mengampak juga tidak saya ceritakan. Malah sewaktu saya menjenguk jack saya coba menenangkan dia, serta menanyakan apa yang perlu di Bantu. Jack mengeluh saat itu dia sakit gigi dan tidak punya uang untuk membeli obat. Kemudian saya membelikan obat dan rokok serta uang alakadarnya guna membeli makanan selama ditahan di kantor polisi.

Sehabis mengisi formulir pengambilan barang dikantor polisi, saya kemudian pulang. Seminggu kemudian Jack tiba-tiba muncul didepan rumahku dan tiba-tiba dia menujuku dengan terburu-buru, dia memelukku dan menangis dipundakku. Dia mengucapkan terima kasih atas bantuanku sewaktu dia berada di kantor polisi. Dia percaya dengan kedatangan saya kekantor polisi tuduhan pencurian dapat dihindari.

Saat ini jack masih berprofesi sebagai tukang parkir, namun sikapnya sudah berubah dibandingkan sebelum dia ditangkap. Hampir setiap kali dia bertemu denganku jack selalu menyapa dan tersenyum.
Kandungan dari cerita ini :
1.. Dendam dan amarah tidak akan menyelesaikan sebuah persoalan.
2.. Setiap persoalan seyoknyanya dihadapi dengan kepala dingin dan diputuskan dengan bijak 3.. Usahakan membantu kesulitan orang lain, meskipun orang tersebut memusuhimu 4.. Untuk mengubah sikap seseorang tidak seharusnya dengan menceramahi terus - menerus, namun sentuhlah nuraninya dengan sikap dan perbuatan yang baik.

"You Can achieve anything you want if you help enough people get what they want" Anda dapat mencapai apapun yang anda inginkan, jika anda membantu banyak orang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan"

Iday...

Haruskas Hati Menciptakan Jarak?

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya, "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"
Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab, "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."
"Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satu pun jawaban yang memuaskan. Sang guru lalu berkata, "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."

Sang guru masih melanjutkan, "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apa pun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?" Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban. "Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."

Sang guru masih melanjutkan, "Ketika Anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu Anda."

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Aset Yang Terabaikan



Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. - St. Paul
Li Pai adalah seorang bocah yang suka bermalas-malasan dalam belajar.
Ia lebih senang bermain-main daripada menghabiskan waktunya untuk membaca atau menulis. Suatu hari, saat gurunya tidak masuk, Li Pai keluar dari kelas dan pergi bermain-main di tepi sungai. Ketika hendak menangkap ikan, ia melihat seorang nenek sedang memusatkan perhatiannya pada sebatang besi yang diasahnya di atas sebuah batu.
Selama setengah hari, Li Pai memperhatikan nenek tersebut bekerja namun si nenek tetap saja mengasah batang besi tersebut. Li Pai menjadi sangat bingung. Penuh rasa penasaran, Li Pai pun bertanya, "Nenek sedang apa?"
Nenek yang sudah tua itu pun menjawab, "Saya sedang mengasah sebuah jarum untuk menyulam." "Mengasah jarum? Batang besi sedemikian besarnya, mau diasah sampai kapan?" kata Li Pai penuh rasa heran. "Benar, nak!" ujar nenek sambil mengangkat kepala dan memandang Li Pai, "walaupun batang besi ini besar, namun jika terus diasah akan menjadi semakin kecil. Asalkan saya tidak berhenti mengasah, batang besi ini pasti akan menjadi jarum." Mendengar itu, terbukalah mata hati Li Pai. Ia menjadi sadar betapa seringnya ia membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Saat itu juga ia mengambil komitmen untuk lebih tekun dalam belajar. Puluhan tahun kemudian ia pun dikenal sebagai seorang penyair besar.

Cerita tentang Li Pai ini seakan hendak "menyindir" begitu banyak umat manusia di muka bumi ini. Bagaimana tidak, terlalu sering kita menghabis-habiskan waktu dan energi kita untuk hal-hal yang tidak produktif. Mulai dari sekadar tidur berlama-lama, melamun hingga berjalan-jalan tanpa tujuan yang pasti. Sebagian orang barangkali menyadari kesia-siaan tersebut namun tampaknya sebagian besar sama sekali tidak menyadarinya.
Salah satu aset berharga demi meraih kesuksesan hidup adalah waktu yang diberikan Tuhan kepada manusia. Selama kita masih hidup, kita selalu punya peluang untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Saya rasa, Tuhan sangat adil karena semua manusia diberikan waktu 24 jam sehari. Bukankah tidak ada manusia yang diberikan waktu 23,5 jam sehari atau 25 jam sehari? Semua diberikan waktu yang sama namun bagaimana kita memanfaatkannya sepenuhnya tergantung kita.

Dalam berbagai seminar dan training saya selalu menegaskan bahwa salah satu hal mencolok yang membedakan orang sukses dan orang gagal adalah bagaimana mereka mengisi waktu mereka. Ketika orang-orang gagal sedang duduk sambil ongkang-ongkang kaki, orang-orang sukses telah memulai menabur dan bekerja keras. Itulah sebabnya ketika orang- orang sukses menuai, orang-orang gagal hanya bisa gigit jari, bahkan terkadang merasa iri.
Ketika memberikan training di sebuah toko buku besar di Jakarta, saya bertanya kepada para staf berapa banyak waktu yang mereka luangkan setiap hari untuk membaca. Anehnya, sebagian besar menjawab sama sekali tidak pernah. Alasannya sangat sederhana: tidak punya waktu.
Kemudian saya balik bertanya, setiap hari berapa jam yang mereka habiskan di atas kendaraan umum untuk pulang pergi kerja. Umumnya menjawab satu hingga dua jam. "Nah, mengapa satu sampai dua jam itu tidak diluangkan untuk membaca?" tanya saya. Jika kita tahu mana yang penting dan merupakan prioritas maka kita lebih terdorong untuk melakukannya secara serius. Jika tidak, kita cenderung diombang- ambingkan oleh kehidupan dan membiarkan waktu berlalu begitu saja.

Seorang sahabat pernah memberikan saya sebuah puisi berjudul Pentingnya Waktu. Berikut kutipannya: "Untuk mengetahui nilai satu tahun, tanyakanlah kepada siswa yang gagal ujian akhir. Untuk mengetahui nilai satu bulan, tanyakanlah kepada ibu yang melahirkan bayi prematur. Untuk mengetahui nilai satu minggu, tanyakanlah kepada seorang editor surat kabar mingguan. Untuk mengetahui nilai satu jam, tanyakanlah kepada sepasang kekasih yang menanti untuk bertemu. Untuk mengetahui nilai satu menit, tanyakanlah kepada seorang yang baru saja ketinggalan bis, kereta atau pesawat. Untuk mengetahui nilai satu detik, tanyakanlah kepada seorang yang selamat dari kecelakaan.

Untuk mengetahui nilai satu milidetik, tanyakanlah kepada seorang yang meraih medali perak di Olimpiade."
Ya, waktu memang sangat penting. Tidaklah berlebihan jika ada orang yang selalu berdoa dan mengucap syukur atas waktu yang dikaruniakan Tuhan. "Terima kasih kasih Tuhan atas hari ini karena hamba-Mu masih Engkau perkenankan melakukan hal-hal berguna demi memuliakan nama-Mu di muka bumi ini," begitu doa seorang pemuda setiap bangun pagi.

Menjelang tidur, ia pun berdoa, "Tuhan terima kasih atas hari ini.
Terima kasih atas kesempatan yang telah Engkau karuniakan kepada hamba-Mu ini. Semoga apa yang aku lakukan hari ini sungguh berguna, tidak hanya bagi diriku tapi juga bagi sesamaku dan yang terpenting bagi kemuliaan nama-Mu. Barangkali aku memang belum bisa memanfaatkan waktuku secara maksimal. Semoga aku masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri esok hari. Amin."
Ijinkanlah saya menutup jumpa kita kali ini dengan nasihat dari seorang sahabat, "Seinci waktu adalah seinci emas tetapi kita tidak dapat membeli seinci waktu dengan seinci emas. Jadi, pergunakanlah waktumu sebaik-baiknya karena waktu yang telah lewat tidak akan pernah kembali lagi." ***

Sumber: Aset Yang Terabaikan oleh Paulus Winarto.

Kerendahan Hati Palsu


Mungkin Anda kenal orang yang memaksa orang lain memberi pujian dengan menggunakan reverse psychology.
Percakapannya kira-kira seperti ini:
Ia berkata, "Saya bermain piano buruk sekali!"
Maka Anda berkata, "Ah enggak. Menurut saya, permainan piano Anda bagus sekali.'
Ia berkata, "Tidak juga. Saya melakukan banyak kesalahan.
Maka Anda berkata, "Tetapi menurut saya sangat hebat"
Ia berkata, "Ah, Anda hanya mencoba menghibur saya."
Maka Anda berkata, "Sungguh. Anda benar-benar luar biasa!"
Ia berkata, "Terima kasih... tetapi saya pemain yang buruk."
Bukankah percakapan tersebut menjengkelkan?
Kita wajib mengakhiri percakapan konyol seperti itu secepat mungkin, dan mulai membicarakan hal yang masuk akal!
Orang berprestasi tidak menggunakan tipuan kerendahan hati palsu.
Mereka tidak memancing pujian tetapi kalau dipuji, mereka menerimanya dengan tulus.
Selalu ucapkan terimakasih atau kata-kata lain yang sejenis.
Mengapa?
Jika kita dengan tulus menghargai diri sendiri, kita tidak perlu mengumumkan ke orang lain betapa baiknya diri kita. Hanya orang yang tidak yakin atas harga dirinyalah yang mengumumkannya ke semua orang.
Yang perlu kita ketahui adalah bahwa menerima pujian bukanlah sikap yang perlu dipersoalkan. Kita tidak perlu menjadi seorang yang sempurna untuk mengucapkan terima kasih setelah menerima pujian.
Orang yang sukses selalu mengucapkan, "Terima kasih." Mereka menyadari bahwa mengakui telah mengerjakan sesuatu dengan baik adalah sikap yang sehat.
Jika Anda memberi selamat kepada Greg Norman atas kemenangannya di sebuah turnamen golf, ia tidak akan berkata, "Itu hanya kebetulan,"
atau "Saya kebetulan sedang beruntung." Ia akan berkata, "Terima kasih." Jika Anda memberi selamat kepada Paul McCartney atas keberhasilannya membuat lagu yang menjadi hit, ia tidak akan berkata, "Kamu gila! Lagu itu sangat jelek." Ia akan berkata, "Terima kasih."
Pujian adalah suatu hadiah. Perlu pemikiran dan usaha untuk memberikan pujian kepada seseorang. Seperti halnya kalau Anda memberi hadiah kepada seseorang, Anda akan merasa kecewa jika hadiah itu dikembalikan kepada Anda. Ini adalah alasan lain mengapa kita sebaiknya menerima pujian dengan senang hati.
Coba bayangkan seorang teman Anda memuji penampilan Anda dan Anda menanggapi, "Tetapi bibirku tebal dan kakiku pendek!" Anda akan merasa tidak enak karena Anda tidak menerima pujian itu sesemangat teman Anda ketika ia melontarkannya. Ia juga merasa tidak enak karena alasan yang sama, dan akan mengingat Anda sebagai seorang teman berbibir tebal dan berkaki pendek.
Jadi, mengapa tidak mengucapkan "terima kasih" saja?

Sumber: KCM - Jumat, 15 April 2005

Bagi Rasa


Terkadang ada saat-saat dalam hidup ketika engkau merindukan seseorang begitu dalam, hingga engkau ingin mengambilnya dari angan-anganmu, lalu memeluknya erat-erat!
Ketika pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka; tetapi, seringkali kita memandang terlalu lama pada pintu yang tertutup hingga kita tidak melihat pintu yang lain, yang telah terbuka bagi kita.
Jangan percaya penglihatan; penglihatan dapat menipu.
Jangan percaya kekayaan; kekayaan dapat sirna.
Percayalah pada dia yang dapat membuatmu tersenyum, sebab hanya senyumlah yang dibutuhkan untuk mengubah hari gelap menjadi terang.
Carilah dia, yang membuat hatimu tersenyum.
Angankan apa yang engkau ingin angankan; pergilah kemana engkau ingin pergi; jadilah seperti yang engkau kehendaki, sebab hidup hanya satu kali dan engkau hanya memiliki satu kesempatan untuk melakukan segala hal yang engkau ingin lakukan.
Semoga engkau punya cukup kebahagiaan untuk membuatmu tersenyum, cukup pencobaan untuk membuatmu kuat, cukup penderitaan untuk tetap menjadikanmu manusiawi, dan cukup pengharapan untuk menjadikanmu bahagia.
Mereka yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki yang terbaik dari segala sesuatu; mereka hanya mengoptimalkan segala sesuatu yang datang dalam perjalanan hidup mereka.
Masa depan yang paling gemilang akan selalu dapat diraih dengan melupakan masa lalu yang kelabu; engkau tidak akan dapat maju dalam hidup hingga engkau melepaskan segala kegagalan dan sakit hatimu.
Ketika engkau dilahirkan, engkau menangis sementara semua orang di sekelilingmu tersenyum.
Jalani hidupmu sedemikian rupa, hingga pada akhirnya engkaulah satu-satunya yang tersenyum sementara semua orang di sekelilingmu menangis.
Jangan hitung tahun-tahun yang lewat, hitunglah saat-saat yang indah..
Hidup tidak diukur dengan banyaknya napas yang kita hirup; melainkan dengan saat-saat di mana kita menarik napas bahagia

Bekerjalah dengan Cinta


Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.
Wanita itu memang tidak terlalu renta, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?
* * *
Selalu...
Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meluahkan kebahagiaan.
Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.
Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.
Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.
Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.
Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.
Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.
Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.
Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.
Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung...
Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran). Wallahu a'lamu bish-shawaab.
-Abu Aufa-
Catatan:
- Kokusai kouryuu kaikan: International House
- Obachan: wanita berumur, setengah tua
- Ojichan: pria berumur, setengah tua
Sumber: Eramuslim.com - 01/02/2005 08:16 WIB