Kerendahan Hati Palsu


Mungkin Anda kenal orang yang memaksa orang lain memberi pujian dengan menggunakan reverse psychology.
Percakapannya kira-kira seperti ini:
Ia berkata, "Saya bermain piano buruk sekali!"
Maka Anda berkata, "Ah enggak. Menurut saya, permainan piano Anda bagus sekali.'
Ia berkata, "Tidak juga. Saya melakukan banyak kesalahan.
Maka Anda berkata, "Tetapi menurut saya sangat hebat"
Ia berkata, "Ah, Anda hanya mencoba menghibur saya."
Maka Anda berkata, "Sungguh. Anda benar-benar luar biasa!"
Ia berkata, "Terima kasih... tetapi saya pemain yang buruk."
Bukankah percakapan tersebut menjengkelkan?
Kita wajib mengakhiri percakapan konyol seperti itu secepat mungkin, dan mulai membicarakan hal yang masuk akal!
Orang berprestasi tidak menggunakan tipuan kerendahan hati palsu.
Mereka tidak memancing pujian tetapi kalau dipuji, mereka menerimanya dengan tulus.
Selalu ucapkan terimakasih atau kata-kata lain yang sejenis.
Mengapa?
Jika kita dengan tulus menghargai diri sendiri, kita tidak perlu mengumumkan ke orang lain betapa baiknya diri kita. Hanya orang yang tidak yakin atas harga dirinyalah yang mengumumkannya ke semua orang.
Yang perlu kita ketahui adalah bahwa menerima pujian bukanlah sikap yang perlu dipersoalkan. Kita tidak perlu menjadi seorang yang sempurna untuk mengucapkan terima kasih setelah menerima pujian.
Orang yang sukses selalu mengucapkan, "Terima kasih." Mereka menyadari bahwa mengakui telah mengerjakan sesuatu dengan baik adalah sikap yang sehat.
Jika Anda memberi selamat kepada Greg Norman atas kemenangannya di sebuah turnamen golf, ia tidak akan berkata, "Itu hanya kebetulan,"
atau "Saya kebetulan sedang beruntung." Ia akan berkata, "Terima kasih." Jika Anda memberi selamat kepada Paul McCartney atas keberhasilannya membuat lagu yang menjadi hit, ia tidak akan berkata, "Kamu gila! Lagu itu sangat jelek." Ia akan berkata, "Terima kasih."
Pujian adalah suatu hadiah. Perlu pemikiran dan usaha untuk memberikan pujian kepada seseorang. Seperti halnya kalau Anda memberi hadiah kepada seseorang, Anda akan merasa kecewa jika hadiah itu dikembalikan kepada Anda. Ini adalah alasan lain mengapa kita sebaiknya menerima pujian dengan senang hati.
Coba bayangkan seorang teman Anda memuji penampilan Anda dan Anda menanggapi, "Tetapi bibirku tebal dan kakiku pendek!" Anda akan merasa tidak enak karena Anda tidak menerima pujian itu sesemangat teman Anda ketika ia melontarkannya. Ia juga merasa tidak enak karena alasan yang sama, dan akan mengingat Anda sebagai seorang teman berbibir tebal dan berkaki pendek.
Jadi, mengapa tidak mengucapkan "terima kasih" saja?

Sumber: KCM - Jumat, 15 April 2005

No comments: